Wujudkan Ekonomi Kreatif Desa, Mahasiswa KKN-T FPIK UB Dukung Promosi Kerupuk Patak Semare

Wawancara Mahasiswa KKN-T FPIK UB Kelompok 6 bersama Pelaku UMKM Kerupuk Patak
 
Pasuruan – Kehadiran mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK UB) Kelompok 6 di Desa Semare, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan, tidak hanya berfokus pada edukasi pemanfaatan hasil laut, tetapi juga turut mendorong promosi dan dokumentasi potensi produk lokal desa. Salah satu produk unggulan yang menjadi perhatian adalah kerupuk patak, camilan khas yang terbuat dari gelembung renang ikan manyung atau yang dikenal secara lokal dengan sebutan tenggok ikan(6/8/2025). 

Produk ini tidak hanya mencerminkan kekayaan sumber daya laut pesisir, tetapi juga menjadi simbol kreativitas masyarakat dalam mengolah bahan sederhana menjadi produk bernilai ekonomi tinggi. Melalui pendekatan partisipatif dan edukatif, mahasiswa KKN-T berupaya mendukung pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal agar terus bertumbuh dan memiliki daya saing yang lebih luas. 

Kerupuk patak memiliki cita rasa gurih yang khas, dengan tekstur renyah menyerupai kerupuk rambak, namun lebih ringan dan tidak menimbulkan rasa seret di tenggorokan. Keunikan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen, sekaligus mencerminkan bentuk kreativitas masyarakat Desa Semare dalam memanfaatkan bagian ikan yang tidak umum diolah menjadi camilan khas bernilai jual tinggi.
Produk UMKM Kerupuk Patak Desa Semare

Kerupuk patak diproduksi oleh beberapa pelaku UMKM di Desa Semare, salah satunya adalah pemuda bernama Munawir, yang telah menjalani usaha ini sejak dua tahun terakhir. Menurutnya, usaha ini masih dijalankan secara sederhana bersama keluarga. “Saya dibantu orang tua dan kakak ipar karena produksinya belum banyak. Dalam satu minggu, kira-kira 30 hingga 50 bungkus bisa kami jual,” jelas Munawir. Meskipun bukan satu-satunya produsen, kiprah Munawir mencerminkan semangat warga desa dalam mengembangkan potensi lokal melalui usaha rumahan berbasis hasil laut.

Proses pembuatan kerupuk patak membutuhkan ketelatenan. Setiap satu ekor ikan manyung hanya menghasilkan satu tenggok, sehingga untuk mengumpulkan satu kilogram bahan baku, Munawir perlu menghimpun dari nelayan setempat selama berminggu-minggu, bahkan bisa lebih dari sebulan. Setelah bahan terkumpul, tahapan produksi dimulai dari proses pembersihan dan penjemuran awal selama dua hari, kemudian dibumbui, lalu dijemur kembali selama dua hari hingga akhirnya produk siap digoreng dan dikemas. Dengan bahan baku dari nelayan lokal, usaha ini juga turut mendukung sirkulasi ekonomi di lingkungan pesisir.

Menurut Munawir, pemilihan tenggok ikan sebagai bahan utama didasarkan pada keunikan dan kekhasannya. “Di daerah lain tidak ada yang membuat kerupuk patak. Ini khas Desa Semare. Karena unik, banyak yang tertarik, meskipun harganya agak mahal. Rasanya juga enak, tidak mengecewakan,” ujarnya.

Pemasaran krupuk patak dilakukan secara lokal dan melalui jaringan informal, seperti pemesanan langsung via WhatsApp. Produk ini juga kerap menjadi pilihan oleh-oleh khas saat terdapat kegiatan di perusahaan sekitar, seperti Perusahaan HTML yang rutin memesan ratusan bungkus untuk kebutuhan seminar dan acara internal. Promosi dilakukan secara sederhana melalui status WhatsApp dan penyebaran dari konsumen ke konsumen.

Namun terdapat tantangan besar dalam pengembangan usaha ini, tantangan tersebut terletak pada ketersediaan bahan baku. Karena satu ikan hanya menghasilkan satu tenggok, produksi sulit ditingkatkan meskipun permintaan pasar cukup tinggi. “Kalau bahannya langka, kami kewalahan. Karena itu, kami fokus pada produksi kecil tapi rutin,” tambah Munawir.

Kehadiran mahasiswa KKN-T FPIK UB diharapkan dapat membantu mengenalkan produk ini ke jaringan yang lebih luas melalui dokumentasi, promosi digital, dan publikasi di berbagai platform. Munawir juga menyampaikan harapan agar krupuk patak bisa dikenal hingga ke tingkat provinsi, bahkan nasional. “Kami berharap produk ini bisa dikenal minimal se-Jawa Timur dulu, kalau bisa sampai seluruh Indonesia, tentu kami senang. Tapi kami juga realistis, takutnya bahan baku tidak mencukupi,” ujarnya sambil tersenyum.

Melalui kegiatan dokumentasi UMKM seperti ini, mahasiswa KKN-T Kelompok 6 berupaya mendorong penguatan identitas desa sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif yang berbasis hasil laut. Produk unik seperti kerupuk patak tidak hanya berpeluang menjadi oleh-oleh khas desa, tetapi juga menjadi simbol kekayaan lokal yang patut dilestarikan dan dibanggakan.(Ssa)
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال